STANDAR PEMBEBANAN UNTUK JEMBATAN
STANDAR PEMBEBANAN UNTUK JEMBATAN | |
---|---|
Kode | : RSNI T-02-2005 |
Bahasa | : Indonesia |
Halaman | : 59 Halaman |
Format | |
Sumber | : Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum |
Sifat | : GRATIS |
Download |
CUPLIKAN ISI EBOOK
Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan ketentuan pembebanan dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan dalam perencanaan jembatan jalan raya termasuk jembatan pejalan kaki dan bangunan-bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan. Beban-beban, aksi-aksi dan metode penerapannya boleh dimodifikasi dalam kondisi tertentu, dengan seizin pejabat yang berwenang.
Butir-butir tersebut di atas harus digunakan untuk perencanaan seluruh jembatan termasuk jembatan bentang panjang dengan bentang utama > 200 m.
Acuan normatif
− SNI 03-1725-1989, Tata cara perencanaan pembebanan jembatan jalan raya
− SNI 03-2833-1992, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan jalan raya
− Pd. T-04-2004-B, Pedoman perencanaan beban gempa untuk jembatan
Istilah dan definisi
aksi lingkungan adalah pengaruh yang timbul akibat temperatur, angin, aliran air, gempa dan penyebab-penyebab alamiah lainnya
aksi nominal adalah nilai beban rata-rata berdasarkan statistik untuk periode ulang 50 tahun
beban primer adalah beban yang merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan
beban sekunder adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu diperhitungkan dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan
beban khusus adalah beban yang merupakan beban-beban khusus untuk perhitungan tegangan pada perencanaan jembatan
beban lalu lintas adalah seluruh beban hidup, arah vertikal dan horisontal, akibat aksi kendaraan pada jembatan termasuk hubungannya dengan pengaruh dinamis, tetapi tidak termasuk akibat tumbukan
berat adalah berat dari suatu benda adalah gaya gravitasi yang bekerja pada massa benda tersebut (kN)
Berat = massa x g
dengan pengertian g adalah percepatan akibat gravitasi
faktor beban adalah pengali numerik yang digunakan pada aksi nominal untuk menghitung aksi rencana. Faktor beban diambil untuk:
− adanya perbedaan yang tidak diinginkan pada beban
− ketidak-tepatan dalam memperkirakan pengaruh pembebanan
− adanya perbedaan ketepatan dimensi yang dicapai dalam pelaksanaan
jangka waktu aksi adalah perkiraan lamanya aksi bekerja dibandingkan dengan umur rencana jembatan. Ada dua macam katagori jangka waktu yang diketahui :
− Aksi tetap adalah bekerja sepanjang waktu dan bersumber pada sifat bahan jembatan cara jembatan dibangun dan bangunan lain yang mungkin menempel pada jembatan
− Aksi transien bekerja dengan waktu yang pendek, walaupun mungkin terjadi seringkali
antai kendaraan adalah seluruh lebar bagian jembatan yang digunakan untuk menerima beban dari lalu lintas kendaraan. Bebannya disebut Beban "T"
lajur lalu lintas adalah bagian dari lantai kendaraan yang digunakan oleh suatu rangkaian kendaraan. Bebannya disebut Beban "D"
lajur lalu lintas rencana adalah strip dengan lebar 2,75 m dari jalur yang digunakan dimana pembebanan lalu lintas rencana bekerja
lajur lalu lintas biasa adalah lajur yang diberi marka pada permukaan untuk mengendalikan lalu lintas
lebar jalan adalah lebar keseluruhan dari jembatan yang dapat digunakan oleh kendaraan, termasuk lajur lalu lintas biasa, bahu yang diperkeras, marka median dan marka yang berupa strip. Lebar jalan membentang dari kerb yang dipertinggi ke kerb yang lainnya. Atau apabila kerb tidak dipertinggi, adalah dari penghalang bagian dalam ke penghalang lainnya
Persyaratan dan petunjuk penggunaan
1) Standar perencanaan jembatan jalan raya digunakan dalam perjanjian kerja antara pihak-pihak yang bersangkutan dengan bidang konstruksi dan pihak yang berwenang/aparatur pemerintah, sehingga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari anggaran biaya yang mengikat. Kekuatan perjanjian-perjanjian kerja ini tercermin bahwa setiap perubahan standar perencanaan pembebanan jembatan jalan raya selalu melalui Keputusan Presiden RI atau Keputusan Menteri yang bertanggung jawab dalam pembinaan jalan dan jembatan;
2) Para Pelaksana dalam pekerjaan pembangunan jembatan tidak akan terlepas dari kewajiban untuk melaksanakan berbagai upaya analisa, cara, atau perhitungan yang dapat menjamin bahwa jembatan yang dibangunnya akan sanggup memikul beban-beban yang ditetapkan pada standar perencanaan pembebanan jalan raya yang berlaku;
3) Sehubungan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi konstruksi dan transportasi, perencana harus selalu mengikuti perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai standar perencanaan pembebanan jalan raya baik nasional maupun internasional. Bila terdapat perubahan-perubahan yang mendasar dan signifikan maka perencana harus segera mempersiapkan bahan-bahan pembebanan dan mendiskusikannya dengan pihak klien/yang berwenang;
4) Setiap bagian struktur jembatan yang direncanakan harus sesuai dengan beban rencana, gaya-gaya yang bekerja, dan berbagai pengaruhnya, termasuk seluruh gaya/beban yang mungkin terjadi pada jembatan selama umur rencana harus diketahui;
5) Bila terdapat beban/gaya yang tidak umum dan tidak tercakup dalam standar perencanaan pembebanan jembatan jalan raya ini, perencana harus mengidentifikasi, mengevaluasi, menghitung besaran dan lamanya gaya tersebut bekerja. Disamping itu, perencana berkewajiban untuk mencari mengkaji sifat-sifat khusus lainnya sehubungan dengan pembebanan tersebut (bila ada);
6) Perencana dapat mengusulkan untuk menerapkan berbagai beban di luar standar perencanaan jembatan jalan raya ini apabila data hasil percobaan/pengukuran dan perhitungan teknis memberikan dukungan yang kuat terhadap usulan tersebut. Selain itu, pihak yang berwenang telah memberikan persetujuan secara tertulis kepada perencana untuk menerapkan metode atau standar pembebanan yang berbeda.
Untuk suatu jembatan yang khusus, perencana harus mempelajari setiap kemungkinan pembebanan umum yang bersesuaian dengan standar perencanaan pembebanan jembatan jalan raya ini. Jumlah beban yang akan diterapkan beban jembatan khusus ini harus di kombinasikan secara konsisten;
7) Apabila seluruh gaya-gaya/beban telah diketahui, maka seluruh kombinasi yang memungkinkan harus dibuat. Suatu kombinasi dapat hanya berlaku untuk suatu bagian struktur jembatan saja dan tidak terjadi secara serempak/bersamaan. Hal tersebut harus dapat diuraikan secara jelas dan sistematis oleh perencana dalam meminta persetujuan yang berwenang. Perencana juga berkewajiban untuk menunjukkan kombinasi-kombinasi yang mengakibatkan pengaruh yang paling membahayakan;
8) Dalam melakukan kombinasi pembebanan perencana harus memperhatikan aspek ekonomis dan harus mendapat persetujuan yang berwenang. Perencana harus mencantumkan pada gambar struktur jembatan mengenai metode pelaksanaan, urutan, dan setiap batasan khusus lainnya. Perpindahan setiap gaya harus diuraikan secara jelas, seperti perpindahan gaya-gaya antara bangunan bawah dengan pondasi sehingga bagian struktur seperti pada elastomer atau jenis perletakan lainnya, dihitung dengan berbagai gaya-gaya yang relevan secara benar dan akurat;
9) Diagram tegangan yang terjadi dari beban yang diterapkan harus diperlihatkan. Untuk jembatan yang tidak tegak lurus sungai (skew), maka beban yang dipikul oleh jembatan melalui sistem lantai/balok ke perletakan, dalam perencanaan harus dipisahkan ke dalam komponen-komponen gaya vertikal, lateral dan memanjang.
Petunjuk penggunaan standar
1) Untuk memudahkan penggunaan standar yang akan dipergunakan ini maka aksi-aksi (beban, perpindahan dan pengaruh lainnya) dikelompokkan menurut sumbernya ke dalam beberapa kelompok, yaitu:
a) aksi tetap
b) beban lalu lintas
c) aksi lingkungan
d) aksi-aksi lainnya
Masing-masing dari bab di atas berisi spesifikasi untuk menghitung aksi nominal, definisi dari tipe aksi tersebut, faktor beban yang digunakan untuk menghitung besarnya aksi rencana.
2) Aksi juga diklasifikasikan berdasarkan kepada lamanya aksi tersebut bekerja, yaitu:
a) aksi tetap;
b) aksi transien.
Klasifikasi ini digunakan apabila aksi-aksi rencana di gabung satu sama lainnya mendapatkan kombinasi pembebanan yang akan digunakan dalam perencanaan jembatan.
Kombinasi beban rencana di kelompokan ke dalam kelompok-kelompok, yaitu:
a) kombinasi dalam batas daya layan
b) kombinasi dalam batas ultimit
c) kombinasi dalam perencanaan berdasarkan tegangan kerja Pasal 10.3.
Persyaratan untuk stabilitas terhadap guling jembatan atau bagian dari jembatan bisa dilihat dalam Pasal 11.1. Persyaratan minimum untuk pengekangan arah lateral bisa dilihat dalam Pasal 11.2.
3) Bangunan-bangunan sekunder yang dipasang pada jembatan mempunyai persyaratan khusus dalam perencanaannya. Spesifikasi dari aksi-aksi yang digunakan dalam perencanaan bangunan tersebut tercantum dalam:
a) penghalang lalu lintas dan penghalang untuk pejalan kaki
b) rambu jalan dan bangunan penerangan
4) Semua aksi yang mungkin akan mempengaruhi jembatan selama umur rencana terlebih dahulu harus diketahui. Setiap aksi yang tidak umum yang tidak dijelaskan dalam standar ini harus dievaluasi dengan memperhitungkan besarnya faktor beban dan lamanya aksi tersebut bekerja;
Apabila semua aksi telah diketahui, maka seluruh kombinasi yang memungkinkan harus diketahui sesuai dengan Bab 9 atau Pasal 10.3. Suatu kombinasi mungkin hanya berlaku untuk bagian dari jembatan saja, dan beberapa aksi mungkin tidak akan cocok apabila terjadi secara bersamaan. Hal semacam ini harus bisa diputuskan oleh Perencana;
Aksi nominal diubah menjadi aksi rencana dengan cara mengalikan dengan faktor beban yang cukup memadai.
5) Beberapa aksi dapat mengurangi pengaruh dari aksi-aksi lainnya. Dalam keadaan ini maka faktor beban yang lebih rendah bisa digunakan sebagai aksi yang pengurang. Dalam hal aksi terbagi rata, seperti lapis permukaan aspal beton pada jembatan bentang menerus, dimana sebagian aksi berfungsi sebagai pengurang maka hanya digunakan satu nilai faktor beban ultimit yang digunakan untuk seluruh aksi tersebut. Perencana harus menentukan salah satu faktor beban, (dapat beban normal atau terkurangi), yang menyebabkan pengaruh paling buruk;
6) Dalam menentukan faktor beban yang menyebabkan pengaruh paling buruk, perencana harus mengambil keputusan dalam menentukan aksi-aksi mana yang bersifat normal atau mengurangi. Sebagai contoh, perencana perlu menerapkan faktor beban terkurangi untuk berat sendiri jembatan bila menghitung gaya angkat tiang atau stabilitas bangunan bawah. Dalam semua hal, bagaimanapun, faktor beban yang dipilih adalah faktor yang menghasilkan pengaruh total terburuk;
7) Banyak aksi mempunyai faktor beban terkurangi efektif nol (sesuai dengan penghilangan aksi), dalam hal ini faktor bisa dihilangkan;
8) Aksi rencana harus digabungkan bersama untuk memperoleh berbagai-bagai kombinasi beban yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk bisa membandingkan secara langsung beberapa kombinasi dan mengabaikan kombinasi yang memberikan pengaruh paling kecil pada jembatan. Kombinasi yang lolos adalah kombinasi yang harus digunakan dalam perencanaan jembatan. Tahapan ini bisa dilihat dalam bagan alir pada Gambar 1;
9) Penjelasan yang terperinci dari beban-beban rencana yang harus dicantumkan dalam gambar jembatan adalah sebagai berikut:
a) judul dan edisi dari standar yang digunakan;
b) perbedaan penting terhadap persyaratan dalam standar ini;
c) pengurangan yang diizinkan dari 100% beban lalu lintas rencana;
d) pembesaran yang diizinkan dari 100 % beban lalu lintas rencana;
e) daerah gempa;
f) aksi rencana yang penting, seperti halnya:
− kecepatan angin
− penurunan/perbedaan penurunan
− aliran sungai/beban hanyutan;
g) beban-beban fondasi yang diperhitungkan;
h) temperatur rencana rata-rata untuk memasang perletakan dan sambungan siar muai.
Apabila diperlukan dalam persyaratan perencanaan, maka pelaksanaan dan urutan-urutan pemasangan, atau batasan khusus lainnya harus dicantumkan dalam gambar jembatan.
Post a Comment for "STANDAR PEMBEBANAN UNTUK JEMBATAN"