PROSEDUR PERENCANAAN TEKNIK JEMBATAN
PROSEDUR PERENCANAAN TEKNIK JEMBATAN
Perencanaan jembatan dapat
dilakukan menggunakan dua pendekatan dasar untuk menjamin keamanan struktural
yang diijinkan, yaitu Rencana Tegangan Kerja (WSD) dan Rencana Keadaan Batas
(Limit State). Struktur jembatan yang berfungsi paling tepat untuk suatu lokasi
tertentu adalah yang paling baik memenuhi pokok-pokok perencanaan berikut ini :
1. Kekuatan dan stabilitas struktur
1. Kekuatan dan stabilitas struktur
2. Kenyamanan bagi pengguna
jembatan
3. Ekonomis
4. Keawetan dan kelayakan jangka
panjang
5. Kemudahan pemeliharaan
6. Estetika
7. Dampak lingkungan pada tingkat
yang wajar dan cenderung minimal
Untuk memenuhi pokok-pokok
perencanaan tersebut, persyaratan dalam perencanaan harus dipenuhi sesuai
dengan ketentuan Peraturan perencanaan Jembatan BMS ’92 sebagai berikut :
1. Persyaratan umum perencanaan
2. Persyaratan Analisa Struktur
3. Persyaratan Perencanaan Pondasi
4. Persyaratan Perencanaan Elemen
Struktur Jembatan
Agar tingkat standar kualitas
perencanaan tertentu sesuai persyaratan dapat dicapai, maka panduan atau Manual
Perencanaan Jembatan (Bridge Design Manual) BMS ’92 harus menjadi pegangan
dalam menetapkan :
1. Metodologi Perencanaan
2. Pemilihan dan Perencanaan
Struktur Jembatan
3. Perencanaan Elemen Struktur
Jembatan
4. Perencanaan Pondasi, Dinding
Penahan Tanah dan Slope Protection
5. Dan lain sebagainya
Kriteria Perencanaan
1. Peraturan-peraturan yang
dipergunakan
2. Mutu material yang
dipergunakan
3. Metode dan asumsi pada
perhitungan
4. Metode dan asumsi dalam
penentuan pemilihan type struktur atas, struktur bawah dan pondasi
5. Metode pengumpulan data
lapangan
6. Program komputer yang
dipergunakan dan validasi kehandalan yang dinyatakan dalam bentuk bench mark
terhadap contoh studi
7. Metode pengujian pondasi
Peraturan Yang Digunakan
1. Perencanaan struktur jembatan
harus mengacu kepada
a. Peraturan Perencanaan Jembatan
(Bridge Design Code) BMS ’92
b. Manual Perencanaan Jembatan
(Bridge Design Manual) BMS ’92
c. peraturan lain yang relevan dan
disetujui oleh pemberi tugas
2. Perencanaan jalan pendekat dan
oprit harus mengacu kepada
a. Standar perencanaan jalan
pendekat jembatan (Pd T-11-2003)
b. Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/T/BM/1997
c. Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metoda
Analisa Komponen SNI 1732-1989-F
3. Untuk perhitungan atau analisa
harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan yang berlaku
Pembebanan Jembatan
Beban-beban harus direncanakan
berdasarkan aturan-aturan yang ada dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge
Design Code) BMS ’92, dan harus merupakan kombinasi dari
1. Beban berat sendiri
2. Beban mati tambahan
3. Beban hidup
4. Beban sementara
5. Beban-beban sekunder
Analisa Struktur
1. Perencanaan struktur jembatan
harus didasarkan pada Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS
’92. Prinsip-prinsip dasar untuk perencanaan struktur jembatan adalah Limit
States atau Rencana Keadaan Batas.
2. Analisis mencakup idealisasi
struktur dan pondasi pada aksi beban rencana sebagai suatu model numerik. Dari
model tersebut gaya dalam dan deformasi serta stabilitas keseluruhan struktur
dapat dihitung. Pendekatan analisis dapat menggunakan paket software struktur
komersil yang mana terlebih dahulu dilakukan validasi dengan menggunakan
contoh-contoh yang diketahui (dapat menggunakan contoh dari text book) dan
dilakukan pengecekan secara manual untuk menyakinkan keakuratan hasil analisis.
3. Untuk analisis struktur
jembatan dapat dilakukan dengan pendekatan: (1) Linear Elastik, (2) Linear
Dinamik, (3) Non-linear elastic, (4) Response Spectrum, (5) Time History
Analysis atau (6) pendekatan Plastisitas. Penggunaan pendekatan analisis
plastis harus mendapat persetujuan dari pemberi tugas. Khusus untuk jembatan
bersifat fleksibel seperti jembatan gantung pejalan kaki, analisis terhadap
aeroelastik perlu dilakukan.
4. Penentuan kapasitas penampang
dari elemen struktur jembatan dapat menggunakan paket software komersil yang
memiliki kemampuan pengecekan terhadap parameter design sesuai dengan peraturan
perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92. Penggunaan paket software
dengan standard selain Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS
’92 harus mendapat persetujuan dari pemberi tugas.
Tahapan Perencanaan Teknis Jembatan
1. Pengumpulan dan Analisa Data Lapangan
a. Survey pendahuluan (mengacu kepada POS Survey Pendahuluan)
b. Survey lalu lintas (mengacu kepada POS Survey Lalu Lintas)
c. Pengukuran Geodesi (mengacu kepada POS Survey Geodesi)
d. Penyelidikan geoteknik/geologi (mengacu kepada POS Survey
Geoteknik)
e. Survey hidrologi (mengacu kepada POS Survey Hidrologi)
2. Perencanaan Geometri dan Alinyemen Jembatan
a. Alinyemen horisontal dan vertikal
b. Geoteknik
c. Profil topografi
d. Kendala di bawah lintasan atau sungai/laut
e. Tinggi permukaan air laut
f. Kebutuhan tinggi bebas vertikal
3. Penentuan Bentang Dan Lebar Jembatan
a. Profil topografi
b. Banjir tertinggi 50 tahun terakhir
c. Teknolgi konstruksi (kemudahan dalam pelaksanaan)
d. Faktor ekonomis
e. Kebutuhan lalu lintas berdasarkan hasil survey lalu lintas
f. Prediksi lalu lintas masa depan
g. Kemungkinan dan kemudahan pelebaran jembatan pada masa akan
datang
4. Pemilihan Bentuk Struktur Jembatan
a. Geometri
b. Material dan ketersediaannya.
c. Kecepatan pelaksanaan
d. Kesulitan perencanaan dan pelaksanaan
e. Pemeliharaan jembatan
f. Biaya konstruksi
Perencanaan Struktur Atas Jembatan
Perencanaan struktur atas
jembatan harus direncanakan sesuai dengan aturan aturan yang ditentukan dalam
Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92 atau
peraturan lain yang relevan yang disetujui oleh pemberi tugas. Prinsip-prinsip
dasar untuk perencanaan struktur jembatan adalah Limit States atau
Rencana Keadaan Batas, dengan memperhatikan beberapa faktor berikut ini :
a. Pembebanan pada struktur atas
jembatan harus dihitung berdasarkan kombinasi dari semua jenis beban yang
secara fisik akan bekerja pada komponen struktur jembatan.
b. Kekuatan struktur atas
jembatan harus direncanakan berdasarkan analisis struktur dan cara perhitungan
gaya-gaya dalam yang ditetapkan di dalam standar/ peraturan yang disebut diatas
dan khususnya berhubungan dengan material yang dipilih.
c. Deformability, lawan lendut
dan lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung dengan cermat, baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang agar tidak melampaui nilai batas yang
diijinkan oleh standar/peraturan yang digunakan.
d. Umur layan jembatan harus
direncanakan berdasakan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan
di lokasi jembatan yang diaplikasikan pada rencana komponen struktur jembatan
khususnya selimut beton, permeabilitas beton, atau tebal elemen baja, terhadap
resiko korosi ataupun potensi degradasi meterial.
Perencanaan Struktur Bawah Jembatan
Struktur bangunan bawah harus
direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan dukung dan stabilitas,
sebagai akibat beban struktur atas dan tekanan
tanah vertikal ataupun horisontal
dan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan
Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah
a. Struktur bawah jembatan harus
direncanakan untuk menanggung beban struktur atas melalui komponen tumpuan,
yang sudah merupakan kombinasi terbesar dari semua beban struktur atas, beserta
beban-beban yang bekerja pada struktur bawah yaitu: tekanan tanah lateral,
gaya-gaya akibat aliran air, tekanan air, gerusan, tumbukan serta beban-beban
sementara lainnya yang dapat bekerja pada komponen struktur bawah.
b. Kekuatan struktur bawah harus
ditentukan berdasarkan analisis struktur dan
cara perencanaan kekuatan yang
ditetapkan di dalam peraturan yang berhubungan dengan material yang digunakan.
c. Perletakan jembatan harus
direncanakan berdasarkan asumsi yang diambil di dalam modelisasi struktur
dengan memperhatikan kekuatan dan kemampuan deformasi komponen perletakan
seperti karet elastomer yang mengacu kepada SNI 03-4816-1998 “Spesifikasi
bantalan karet untuk perletakan jembatan”.
d. Deformasi yang potensial
terjadi khususnya penurunan harus diperhatikan di dalam perencanaan struktur
bawah. Penurunan harus diantisipasi dan dihitung dengan cara analisis yang
benar berdasarkan data geoteknik yang akurat, dimana pengaruh dari potensial
penurunan diferensial dari struktur bawah, bila ada harus diperhitungkan dalam
perencanaan struktur atas.
e. Jika gerusan dapat
mengakibatkan terkikisnya sebagian tanah timbunan di atas atau di samping suatu
bagian struktur bawah jembatan maka pengaruh stabilitas dari massa tanah harus
diperhitungkan secara teliti.
f. Umur layan rencana struktur
bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku
jangka panjang material dan
kondisi lingkungan khususnya bila berada di bawah air yang diaplikasikan pada
rancangan komponen struktur bawah khususnya selimut beton, permeabiitas beton
atau tebal elemen baja terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi
material.
Perencanaan Pondasi Jembatan
Struktur bangunan bawah harus
direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan dukung dan stabilitas,
sebagai akibat beban struktur atas dan beban struktur atas dan harus mengikuti
aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge
Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah
a. Analisis dapat dilakukan
terpisah atau terintegrasi dengan analisis struktur jembatan. Penggunaan paket
software komersil, harus dilakukan validasi terlebih dahulu dengan menggunakan
contoh dari text book dan dicek secara manual untuk mendapatkan
keyakinan.
b. Pondasi jembatan pada umumnya
dapat dipilih dari jenis :
1) Pondasi dangkal/pondasi
telapak
2) Pondasi caisson
3) Pondasi tiang pancang (jenis end
bearing atau friction)
4) Pondasi Tiang Bor
5) Pondasi jenis lain yang
dianggap sesuai
c. Penentuan jenis dan kedalaman
pondasi dilakukan berdasarkan kondisi lapisan tanah dan kebutuhan daya dukung
untuk struktur bawah serta batasan penurunan pondasi. Secara umum kondisi dan
kendala lapangan yang harus dipertimbangkan adalah
1) Pembebanan dari struktur
jembatan
2) Daya dukung pondasi yang
dibutuhkan
3) Daya dukung dan sifat
kompresibilitas tanah atau batuan
4) Penurunan yang diijinkan dari
struktur atas/bawah jembatan
5) Tersedianya alat berat dan
material pondasi
6) Stabilitas tanah yang
mendukung pondasi
7) Kedalaman permukaan air tanah
8) Perilaku aliran air tanah
9) Perilaku aliran air sungai
serta potensi gerusan dan sedimentasi
10) Potensi penggalian atau
pengerukan di kemudian hari yang berdekatan dengan pondasi
d. Khususnya untuk penggunaan
pondasi tiang, penentuan jenis dan panjang tiang harus dilakukan berdasarkan
kondisi lapangan di lokasi rencana jembatan, khususnya kondisi planimetri serta
berdasarkan atas evaluasi yang cermat dari berbagai informasi karakteristik
tanah yang tersedia, perhitungan kapasitas statik vertikal dan lateral,
dan/atau berdasarkan riiwayat/pengalaman sebelumnya.
Perencanaan Jalan Pendekat
a. Perencanaan jalan pendekat
jembatan termasuk komponen pelat injak harus memperhatikan kesinambungan ukuran
dan ketinggian jembatan. Apabila jalan pendekat dibuat dari tanah urugan maka
harus diperhatikan potensi penurunan jangka panjang dari lapisan tanah
pendukung/atau urugan tanah yang menjadi tumpuan perkerasan jalan pendekat.
b. Potensi penurunan tanah harus
dihitung secara cermat berdasarkan hasil penyelidikan tanah.
Perencanaan Bangunan Pelengkap
dan Pengaman
a. Perencanaan komponen bangunan
pelengkap dan pengaman dalam pekerjaan perencanaan jembatan harus mengikuti
aturan-aturan yang ditentukan di dalam acuan :
- Undang-undang RI No.14 tahun
1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
- Pedoman marka jalan, Pd
T-12-2004-B
b. Perencanaan komponen pelengkap
dan pengaman jembatan meliputi :
- Rambu dan marka pada jembatan
- Pagar pengaman jembatan
- Lampu penerangan pada jembatan
- Struktur pengaman pada pilar
jembatan berguna untuk menghindari tumbukan langsung dengan pilar jembatan
(seperti fender pengaman atau sejenisnya)
Penggambaran
Gambar rencana harus ditampilkan
dalam format yang sesuai dengan petunjuk dari pengguna jasa dan/atau instansi
yang berkompeten untuk pengesahan dokumen perencanaan. Gambar rencana harus
ditampilkan dalam format A3 untuk dokumen lelang dan Format A1 untuk keperluan
kegiatan pelaksanaan konstruksi di lapangan. Gambar rencana harus terdiri dari
urutan sebagai berikut :
a. Sampul luar dan sampul dalam
b. Daftar isi
c. Peta lokasi jembatan yang
dilengkapi dengan peta jaringan jalan eksisiting dan petunjuk arah utara mata
angin
d. Daftar simbol (legenda) dan
singkatan
e. Daftar rangkuman volume
pekerjaan
f. Potongan memanjang, potongan
melintang dan denah jembatan dengan skala 1:100
g. Gambar detail dengan skala
1:20, yang mencakup pelat lantai kendaraan, struktur atas, struktur bawah dan
pondasi jembatan
h. Gambar standar
Volume Pekerjaan dan Rencana
Anggaran Biaya
Penyusunan jenis item pekerjaan
harus sesuai dengan spesifikasi yang digunakan, perhitungan volume pekerjaan
harus dilakukan secara rinci berdasarkan daftar item pekerjaan yang dibuat
sesuai dengan gambar rencana dan tabel perhitungan harus mencakup semua jenis
pekerjaan.
Pelaporan dan Penyiapan Dokumen
Lelang
a. Dokumen Lelang
Bab I : Instruksi Kepada Peserta
Lelang
Bab II : Bentuk Penawaran,
Informasi Kualifikasi dan Perjanjian
Bab III : Syarat-syarat Kontrak
Bab IV : Data Kontrak
Bab V : Spesifikasi
Bab VI : Gambar - gambar
Bab VII : Daftar Kuantitas
Bab VIII : Bentuk - Bentuk
Jaminan
b. Pelaporan
Laporan-laporan yang harus dibuat
untuk pekerjaan perencanaan teknis jembatan adalah sebagai berikut :
1) Laporan Pendahuluan
2) Laporan Bulanan.
3) Laporan Antara, antara lain
berisi
a). Laporan Survey
Pendahuluan
b). Laporan Survey
Topografi/Geodesi
c). Laporan Survey Geoteknik
d). Laporan Survey Hidrologi
e). Laporan Survey Lingkungan
4) Laporan Draft Awal
5) Laporan Akhir, termasuk di
dalamnya adalah dokumen lelang
Post a Comment for "PROSEDUR PERENCANAAN TEKNIK JEMBATAN"