STRUKTUR JALAN
•
Prosedur Desain dengan 4 Kondisi
Tanah:
A. Kondisi tanah dasar normal, CBR >
3% & dapat dipadatkan secara mekanis, kondisi normal inilah yang sering
diasumsikan oleh desainer.
B. Kondisi tanah dasar langsung diatas
timbunan ren-dah (< 3m) diatas tanah lunak aluvial jenuh. CBR lab. tidak
dapat digunakan, karena optimasi kadar air dan pemadatan secara mekanis tidak
mungkin dilakukan di lapangan. Kepadatan dan daya dukung tanah asli rendah
sampai kedalaman yang signifikan sehingga diperlukan prosedur stabilisasi
khusus.
C. Sama dng kondisi B namun tanah lunak
aluvial dalam kondisi kering. CBR lab. memiliki validitas yang terbatas karena
kepadatan tanah yg rendah dapat muncul pada kedalaman pada batas yg tidak dapat
dipadatkan dengan peralatan konvensional. Kondisi ini membutuhkan prosedur
stabilisasi khusus
D.
Tanah dasar diatas timbunan diatas tanah
gambut
•
Metoda A (tanah normal) :
–
Kondisi A1 : tanah dasar bersifat plastis
atau berupa lanau, tentukan nilai batas-batas Atterberg (PI), gradasi, potensi
pengembangan (potential swelling), letak muka air tanah, zona iklim, galian
atau timbunan dan tetapkan nilai CBR dari Bagan Desain1 atau dari uji
laboratorium perendaman 4 hari
–
Kondisi A2 : tanah dasar bersifat berbutir
atau tanah residual tropis (tanah merah, laterit), nilai desain daya dukung
tanah dasar harus dalam kondisi 4 hari perendaman, pada 95% kepadatan kering
modifi-kasi.
–
Untuk kedua kondisi, pilih tebal perbaikan
tanah dasar dari Bagan Desain 2
Metoda
B (tanah aluvial jenuh) :
Lakukan
survei DCP (kalibrasi terlebih dahulu) atau survei resistivitas dan
karakterisasi tanah untuk mengidentifikasi sifat dan kedalaman tanah lunak
& daerah yg membutuhkan perbaikan tambahan
Jika
tanah lunak < 1 m, tinjau efektitas biayanya jika opsi pengangkatan semua
tanah lunak. Jika tidak, tetapkan tebal lapisan penopang (capping layer)
& perbaikan tanah dasar dari Bagan Desain 2.
Tetapkan
waktu perkiraan awal pra-pembebanan dari Tabel 10.2. Sesuaikan waktu perkiraan
awal tersebut (umumnya primary settlement time) jika dibutuhkan untuk
memenuhi ketentuan jadwal pelaksanaan melalui analisis geoteknik dan
pengu-kuran seperti beban tambahan (surcharge) atau vertikal drain
Tabel
10.2 Perkiraan Waktu Pra-pembebanan Timbunan diatas Tanah Lunak
Metoda
C (tanah aluvial kering) :
Umumnya
kekuatannya sangat rendah (misal CBR < 2%) di bawah lapis permukaan kering
yang relatif keras. Kedalaman berkisar antara 400 – 600 mm. Identifikasi
termudah untuk kondisi ini adalah menggunakan uji DCP. Umumnya terdapat pada dataran
banjir kering dan area sawah kering
Daya
dukung yang baik dapat hilang akibat penga-ruh dari lalin konstruksi dan musim
hujan. Penanganan pondasi harus sama dengan penanganan pada tanah aluvial
jenuh, kecuali jika perbaikan lanjutan dilakukan setelah pelaksanan pondasi
jalan selesai pada musim kering, jika tidak perbaikan Metode B harus dilakukan.
Metode
perbaikan lanjutan tersebut adalah:
- Jika lapis atas dapat dipadatkan menggunakan pemadat pad foot roller, maka tebal lapis penopang dari Bagan Desain 2 dapat dikurangi sebesar 200 mm (keterangan ini harus dimasuk-kan dalam Gambar Rencana)
- Digunakan metode pemadatan yang lebih dalam terbaru seperti High Energy Impact Compaction (HEIC) atau pencampuran tanah yg lebih dalam dapat mengurangi kebutuhan lapis penopang.
Tanah
Ekspansif :
Tanah
dengan Potensi Pengembangan (Potential Swell) > 5%, diuji dengan SNI
No.03-1774-1989 pada OMC dan 100% MDD. Persyaratan tambahan untuk desain
pondasi jalan diatas tanah ekspansif (prosedur AE pada Bagan Desain 2) adalah
sbb :
- Tebal lapisan penopang minimum seperti dalam Bagan Desain 2. Bagian atas dari lapis penopang atau lapis timbunan pilihan harus memiliki per-meabilitas rendah atau seharusnya merupakan lapisan yang distabilisasi
- Variasi kadar air tanah dasar harus diminimasi. Opsinya termasuk lapis penutup untuk bahu jalan, saluran dng pasangan, saluran penangkap (cut off drains), penghalang aliran. Drainase bawah permukaan digunakan jika dapat meng-hasilkan penurunan variasi kadar air
Tanah
Gambut :
- Konstruksi harus dilaksanakan bertahap utk meng- akomodasi terjadinya konsolidasi sebelum pengham-paran lapis perkerasan beraspal. Perkerasan kaku (tidak termasuk cakar ayam & micropile slab) tidak boleh dibangun diatas tanah gambut.
- Jika dibutuhkan timbunan tinggi, seperti oprit jem-batan, extended structure harus digunakan atau timbunan harus dipancang untuk mengurangi beban lateral pada tiang pancang jembatan. Kemiringan timbunan tidak boleh lebih curam dari 1:3 kecuali terdapat bordes (berm).
Jika
pengalaman yg lalu dari kinerja jalan akibat lalin diatas tanah gambut terbatas,
maka timbunan per-cobaan harus dilaksanakan. Timbunan percobaan harus dipantau
untuk memeriksa stabilitas timbun-an, waktu pembebanan & data lainnya. Tidak
boleh ada pelaksanaan pekerjaan sebelum percobaan sele-sai (ket. ini harus
dimasukkan dalam Gbr Rencana)
Perbaikan
Tanah Dasar dengan Stabilisasi :
q Termasuk
: material timbunan pilihan, stabilisasi kapur, atau stabilisasi semen. Pelebaran
perke-rasan pada area galian sering terjadi pada dae-rah yg sempit atau tanah
dasar yg dibentuk tak teratur, yg sulit untuk distabilisasi. Dalam hal ini,
timbunan pilihan lebih diutamakan.
q Daya
dukung material stabilisasi yg digunakan untuk desain harus diambil konservatif
dan tidak lebih dari nilai terendah dari :
q Nilai
CBR laboratorium rendaman 4 hari
q <
4 x daya dukung material asli yg digunakan untuk stabilisasi
q <
nilai yg diperoleh dari formula :
CBR
lapis atas tanah dasar distabilisasi =
CBR
tanah asli x 2^ (tebal tanah dasar stabilisasi/150)
Formasi
Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka Air Banjir :
Tinggi
Minimum Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka Air Banjir
Post a Comment for "STRUKTUR JALAN"